Sabtu, 24 Oktober 2015

QUIZ III PENGANTAR OSEANOGRAFI

NAMA     :     DIANTY SIALLAGAN
NPM       :     E1I014026
PRODI    :     ILMU KELAUTAN

Salinitas adalah banyaknya kadar garam yang terkandung dalam 1 liter air laut/1 kilogram air laut. Salinitas termasuk  sifat-sifat kimia yang dapat di ukur di laut (termasuk Oseanografi Kimia).  Salinitas merupakan jumlah total 1 gram garam dalam 1 kologram air laut yang dinyatakan dalam 0/00 (parts per thousand). Salinitas adalah salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya kelangsungan hidup. (Andrianto, 2005).
Salinitas mempunyai peran penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologis salinitas berkaitan erat dengan penyesuaian tekanan osmotik ikan tersebut. Volume air dan konsentrasi dalam fluida internal tubuh ikan dipengaruhi oleh konsentrasi garam pada lingkungan lautnya. Untuk beradaptasi pada keadaan ini, ikan melakukan proses osmoregulasi, dimana organ yang berperan dalam proses ini adalah insang dan ginjal. Osmoregulasi memerlukan energi yang jumlahnya tergantung pada perbedaan konsentrasi garam yang ada antara lingkungan eksternal dan fluida dalam tubuh ikan. Toleransi dan preferensi salinitas dari organisme laut bervariasi tergantung tahap kehidupannya, yaitu telur, larva, juvenil, dan dewasa. Salinitas merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada beberapa ikan dan distribusi berbagai stadium hidup. (Reddy, 1993).
Ada banyak manfaat dari mempelajari salinitas ini, antara lain :
1.             Dapat membantu kita dalam penelitian atau riset. Dengan mempelajari salinitas ini dapat membantu dan memudahkan kita dalam penelitian maupun riset kita. Contohnya : dengan mengetahui salinitas, kita dapat memproduksi garam beryodium dengan terlebih dahulu mengetahui pada salinitas berapa yang optimum untuk mengolah air laut menjadi garam yang beryodium.
2.            Dapat membantu kita dalam budidaya atau konservasi. Salinitas berperan penting dalam kesukseskan pembudidayaan dan konservasi kita terhadap flora maupun fauna di laut. Dengan pengetahuan tentang salinitas, akan sangat memudahkan kita dalam pembudidayaan dan konservasi. Misalnya : dalam budidaya ikan tuna, kita harus mengetahui berapa salinitas yang optimum agar pembudidayaan ikan tuna dapat berhasil. Peranan salinitas ini akan menjadi penting misalnya dalam pembiakan dan pemeliharaan, contohnya :  pembiakan dan pemeliharaan udang yang sekarang ini sudah mulai berkembang di Indonesia. Pengetahuan mengenai sifat udang terhadap salinitas dan kemampuan mengatur nilai salinitas dari kolam pemeliharaan udang tersebut dapat menentukan berhasil tidaknya usaha tersebut. Kasus mengenai magrove juga dapat terpecahkan dengan mempelajari salinitas. Pantai-pantai di Indonesia telah banyak mengalami kegundulan mangrove. Untuk itu, perlu dilakukan konservasi maupun penanaman kembali mangrove. Pada konservasi mangrove kita harus mengetahui juga pengetahuan mengenai salinitas, sehingga kita mengetahui dan memahami pada salinitas mana yang optimum pada mangrove agar dapat hidup dan konservasi kita berhasil.
          Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30%. Laut Mati (atau Laut Asin) adalah danau yang membujur di daerah antara Israel, Daerah Otoritas Palestina dan Yordania. Di 417,5 m di bawah permukaan laut, merupakan titik terendah di permukaan bumi. Laut Mati terletak pada perbatasan antara Yordania dan bagian barat Palestina, Laut Mati memiliki titik terendah di bumi pada 1.300 kaki (400m) di bawah permukaan laut.
Jika kita konversikan kandungan garam laut-laut pada umumnya dan kandungan garam pada Laut Mati ke dalam ppm (part per million) adalah sebagai berikut :
Ø  Kandungan garam laut-laut pada umumnya adalah 3,5%
ppm = 3,5/100 x 1000 = 35 ppm
Salinitas air laut pada laut-laut umumnya adalah 35 ppm.
Artinya : dalam 1 liter atau 1 kilogram air laut terdapat 35 gram garam yang terlarut di dalamnya.
Ø  Kandungan garam pada Laut Mati adalah 30%
ppm = 30/100 x 1000 = 300 ppm
Salinitas air laut Laut Mati adalah 300 ppm.
Artinya : dalam 1 liter atau 1 kilogram air laut terdapat 300 gram garam yang terlarut di dalamnya.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas
https://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Mati

Senin, 19 Oktober 2015

LAPORAN KIMIA



LAPORAN PRATIKUM KIMIA


            NAMA                          :        DIANTY SIALLAGAN
          NPM                              :        E1I014026
          PRODI                          :        ILMU KELAUTAN
          KELOMPOK               :        I (SATU)
          HARI/JAM                            :        SELASA/12:00 WIB
          TANGGAL                            :        24 MARET 2015
          KO-ASS                        :        SONDANG NADAPDAP
          DOSEN                         :        Dra. DEVI SILSIA, M.Si.
          OBJEK PRATIKUM   :        “CARA-CARA             MENYATAKAN KONSENTRASI LARUTAN”

LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1            LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari- hari, istilah larutan sudah sering didengar. Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang memiliki komposisi serba sama di seluruh bagian volumenya. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Larutan terbentuk karena komponen-komponen larutan terdispersi menjadi atom atau molekul atau ion sehingga dapat bercampur baur.
Suatu larutan terdiri dari satu atau beberapa macam zat terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Larutan yang mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan pelarut disebut sebagai larutan biner. Kemampuan pelarut melarutkan zat terlarut pada suatu suhu mempunyai batas tertentu. Larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut sebagai larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh, larutan disebut larutan tidak jenuh. Namun kadang- kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak daripada yang seharusnya dapat larut dalam pelarut tersebut pada suhu tertentu, larutan yang mempunyai kondisi seperti ini dikatakan sebagai larutan lewat jenuh. Kelarutan didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur dan tekanan.
Sifat-sifat larutan yang berwujud cair :
1.      Ukuran pratikel 1 Ao – 10 Ao atau 10-8 -  10-7 cm, sehingga tidak dapat dipisahkan dengan kertas saring.
2.      Ada yang berwarna dan ada yang tidak.
3.      Tembus cahaya / trasparan.
4.      Larutan berupa ion.
5.      Dapat dipisahkan dengan cara destilasi, yaitu pemisahan berdasarkan titik


1.2            TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dilakukannya pratikum mengenai “Cara-Cara Menyatakan Konsentrasi Larutan” adalah sebagai berikut :
1.      Menjelaskan berbagai satuan konsentrasi larutan
2.      Mampu membuat larutan pada berbagai konsentrasi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelarutan didefinisikan sebagai banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh dalam jumlah tertentu pelarut pada temperatur konstan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu, molekul pelarut, temperatur dan tekanan (Endang W. Laksono, 2004).
Larutan didefinisikan sebagai zat homogen yang merupakan campuran dari dua komponen atau lebih, yaitu zat terlarut dan zat pelarut. Senyawa dalam jumlah yang lebih besar disebut solvent (zat pelarut) dan senyawa yang berada dalam jumlah kecil disebut solute (zat terlarut). Jumlah zat terlarut dalam pelarut sangat bervariasi itulah sebabnya pelarut mengetahui susunan atau yang tepat dalam larutan bila harus dilakukan satu perhitungan pada reaksi kimia kosentrasi larutan dinyatakan dengan beberapa cara seperti Persen Berat (W/W), Persen Volume (V/V), Persen Berat Per Volume, Molaritas, Molalitas, Normalitas, Part Per Million (PPM), Part Perbillion (PPB) dan Fraksi Mol (Keenan, 1986).
Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan teracampur. Perubahan gaya antar molekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut dalam keadaan tercampur mempengaruhi perubahan gaya antar molekul tersebut, baik  kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan. Larutan dapat barada dalam keseimbangan fase dengan gas, dengan padatan atau dengan cairan lain. Keseimbangan ini sering kali menunjukkan efek yang menarik yang ditentukan oleh bobot molekul zat terlarut (Oxtoby, 2001).
Beberapa cara untuk menyatakan konsentrasi larutan dalah sebagai  berikut :
a.      Persen Berat (% W/W)
Menyatakan banyak gram zat terlarut dalam gram larutan.
% W/W =  x 100 %

b.      Persen Volume (% V/V)
Menyatakan volume (ml) zat terlarut dalam volume larutan (ml).
% V/V =  x 100%

c.       Persen Berat Per Volume (% W/V)
Menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 ml larutan.
% W/V =  x 100%

d.      Part Permilion (ppm) Dan Part Perbilion (ppb)
Satuan konsentrasi ppm dan ppb adalah satuan yang mirip dengan persen berat. Satuan konsentrasi ppm dan ppb digunakan untuk larutan yang sangat encer. Ppm adalah gram zat terlarut per 100 gram larutan, sedangkan ppb adalah gram zat terlarut persejuta gram larutan.
1 ppm =  atau ppm =  x 10-6
1 ppb =  atau ppm =  x 10-9

e.       Fraksi Mol (fx)
Menyatakan jumlah zat terlarut atau pelarut dalam larutan.
Fraksi mol A = XA =
Fraksi mol zat terlarut =
Fraksi mol pelarut =

f.       Molaritas (M)
Menyatakan jumlah mol zat telarut per liter larutan.
M =
Mol zat terlarut (n) =
M =


g.      Molalitas (m)
Menyatakan jumlah mol zat telarut per kilogram (1000 g) pelarut.
m =

h.      Normalitas (N)
Menyatakan banyaknya mol ekivalen zat terlarut dalam liter larutan.
N =
Ek = ekivalen zat terlarut (gram zat terlarut/BE)

         


BAB III
METODOLOGI
3.1     ALAT DAN BAHAN
            Adapun alat-alat yang digunakan pada pratikum ini adalah sebagai              berikut :
1.      Pipet Ukur                               6.   Labu Ukur
2.      Pipet Gondok                          7.   Bola Hisap
3.      Neraca Analitik                       8.   Sikat Tabung Reaksi
4.      Botol Semprot                         9.   Corong
5.      Kaca Arloji

Sedangkan bahan yang digunakan dalam pratikum ini adalah sebagai berikut :
1.      H2SO4                                      5.   KIO3
2.      NaCl                                        6.   HCl
3.      NaOH                                     7.   Asam Oksalat
4.      Etanol                                      8.   Urea

3.2     CARA KERJA
3.2.1    Membuat Larutan NaCl 1%
Ditimbang sebanyak 0,5 gram NaCl dengan Neraca Analitik, kemudian dilarutkan dengan aquades di dalam Labu Ukur 50 ml sampai tanda batas.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     HASIL
1.      Ditimbang sebanyak 0,5 gram NaCl dengan neraca analitik, kemudian dilarutkan dengan aquades di dalam Labu Ukur 50 ml, sampai tanda batas.

4.2     PEMBAHASAN
          Pada pratikum mengenai “Cara-Cara Menyatakan Konsentasi Larutan” diperoleh bahwa untuk memperoleh NaCl dengan konsentrasi sebesar 1% adalah dengan menimbang NaCl sebesar 0,5 gram dengan Neraca Analitik, kemudian dilarutkan dengan aquades di dalam Labu Ukur 50 ml sampai tanda batas. Namun, karena pada saat kegiatan pratikum berlangsung lampu sedang padam, pratikum tidak dapat berjalan dengan lancar karena tidak dapat menggunakan Neraca Analitik untuk menimbang, sehingga kami hanya melakukan satu tes, yakni : membuat larutan NaCl 1% dengan pemisalan bahwa berat NaCl adalah seberat 0,5 gram begitu selanjutnya sesuai dengan cara kerja yang tertera di panduan. Namun dapat juga dibuktikan dengan secara matematis sebagai berikut :
1)      Larutan NaCl 1%
Dik : V = 50 ml
Dit : gram NaCl ?
% W/V =  x 100%
1% =  x 100%
                        100 gram = 50 =  = 0,5 gram

2)      Larutan Etanol 5%
Dik : V = 50 ml
Dit : ml Etanol ?
% V/V =  x 100%
5% =  x 100%
            100 ml = 250 =
ml = 2,5 ml

3)      Larutan 0,01 M KIO3 (Mr = 214 gram/mol)
Dik : V = 50 ml
Dit : gram KIO3 ?
M =
0,01 M =
gram = 0,107 gram

4)      Larutan 0,1 M H2SO4 (Mr = 98 gram/mol)
Dik : V = 50 ml
0,5 x 1,303 = 0,6515 gram
M =
=  = 0,13 gram

5)      Larutan 0,1 N  HCl (Mr = 36,5 gram/mol)
Dik : V = 50 ml
N =     Ek =        
          BE =                                   
=                                        = 0,15355 gram
          = 36,5
          Ek =  = 0,0042       N =  = 0,08 N
6)      Larutan 0,1 N Asam Oksalat (Mr H2SO4. 2H2O = 126 gram/mol)
Dik : V = 50 ml
BE =  = 63
          EK = = 0,005
N  =  = 0,1

7)      Larutan 1 N NaOH (Mr = 40 gram/mol)
Dik : V = 50 ml
BE = = 4
Ek= = 0,05
                   N = = 1

8)      Larutan 1000 ppm Nitrogrn (N2) (Mr Urea = 60 gram/mol)
Dik : V = 50 ml
ppm =      x 106 
ppm = 2172/gram

Dengan cara matematis ini, dapat membuktikan hasil yang diperoleh adalah sama dengan yang tertera dalam panduan. Kami memperoleh hasil yang tidak jauh berbeda bahkan sama dengan yang tertera dalam buku penuntun prakikum Kimia yang digunakan untuk pratikum ini, hanya apabila terdapat kekeliruan, semata-mata faktor human error atau kesalahan pada saat perhitungan itu sendiri yang dilakukan praktikan.



BAB V
PENUTUP
5.1     KESIMPULAN
1.      Satuan konsentrasi larutan antara lain sebagai berikut :
a.      Persen Berat (% W/W)
Menyatakan banyak gram zat terlarut dalam gram larutan.
% W/W =  x 100 %
b.      Persen Volume (% V/V)
Menyatakan volume (ml) zat terlarut dalam volume larutan (ml).
% V/V =  x 100%
c.       Persen Berat Per Volume (% W/V)
Menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 ml larutan.
% W/V =  x 100%
d.      Part Permilion (ppm) Dan Part Perbilion (ppb)
Satuan konsentrasi ppm dan ppb adalah satuan yang mirip dengan persen berat. Satuan konsentrasi ppm dan ppb digunakan untuk larutan yang sangat encer. Ppm adalah gram zat terlarut per 100 gram larutan, sedangkan ppb adalah gram zat terlarut persejuta gram larutan.
1 ppm =  atau ppm =  x 10-6
1 ppb =  atau ppm =  x 10-9
e.       Fraksi Mol (fx)
Menyatakan jumlah zat terlarut atau pelarut dalam larutan.
Fraksi mol A = XA =
Fraksi mol zat terlarut =                                               
Fraksi mol pelarut =
f.       Molaritas (M)
Menyatakan jumlah mol zat telarut per liter larutan.
M =
Mol zat terlarut (n) =
M =
g.      Molalitas (m)
Menyatakan jumlah mol zat telarut per kilogram (1000 g) pelarut.
m =
h.      Normalitas (N)
Menyatakan banyaknya mol ekivalen zat terlarut dalam liter larutan.
N =
Ek = ekivalen zat terlarut (gram zat terlarut/BE)


5.2     SARAN
          Adapun saran pada pratikum ini adalh sebagai berikut :
1.      Mahasiswa/i harus lebih memperhatikan apabila Dosen Pengampu ataupun Co-Ass sedang menjelaskan materi mengenai pratikum yang akan dilakukan.
2.      Mahasiswa/i harus menjaga kedisiplinan dan kebersihan di ruang pratikum sehinggga kegiatan pratikum dapat berlangsung dengan baik dan manfaatnya dapat diperoleh Praktikan dengan baik untuk menambah wawasan.


JAWABAN PERTANYAAN

1.      80 gram H2SO4 dilarutkan dengan 120 gram air.
Dik : Mr H2SO4 = 98 gram/mol                       Mr air (H2O) = 18 gram/mol
BJ H2SO4 = 1,303 gram/mol                           BJ H2O = 1 gram/mol
Konsentrasi H2SO4 100%
Dit :     a.         Persen Berat
            b.         Molalitas
            c.         Molaritas
            d.         Fraksi Mol zat terlarut
            e.         Fraksi Mol pelarut
PENYELESAIAN :
a)      Persen Berat   =   x 100%
 =   x 100%
                                  =   =  66,67 %
b)      Molalitas (m) =                     mol H2SO4 =  =                             =                                                   = 0,81 mol                                    =  6,75 m                                   
c)      Molaritas (M) =
V terlarut = 80 gram : 1,303 gram/ml = 61,4 ml
V pelarut = 120 gram : 1 gram/ml = 120 ml
V larutan = 181,4 ml = 0,184 L
M =    =  4,4 M
d)     Fraksi  Mol zat terlarut
    Mol terlarut = 0,81 mol                   Mol pelarut = 6,67 mol
    Xzat terlarut =  =  = 0,108

            e) Fraksi Mol zat pelarut
   Xzat pelarut =  =  = 0,89

2.      Lengkapi tabel di bawah ini :
Zat
Terlarut
Gram Zat
Terlarut
Mol Zat
Terlarut
Volume
Larutan
Molaritas
NaNO3
25
0,29
240
1,2
NaNO3
31,28
0,368
16 L
0,023
KBr
91
0,76
450 ml
1,7
KBr
49,98
0,42
0,233
1,8

A.     Mol zat terlarut =  =  = 0,29 mol
B.      M =
       1,2 =
       Liter larutan =  = 0,24 L = 240 ml
C.     M =
      0,023 M =
      Mol zat terlarut = 0,368 mol
            Mol zat terlarut (n) =
       0,368 =
      Massa zat terlarut = 31,28 gram
D.    M =
      0,023 M =
      Mol zat terlarut = 0,368 mol
E.     Mol zat terlarut =  =  = 0,76 mol
F.      M =
           =  = 1,7 M
G.     Mol zat terlarut =
       0,42 =
      Gram zat terlarut = 49,98 gram
H.      M =
       1,8 =
             =  = 0,233 L

Zat
Terlarut
Gram Zat
Terlarut
Mol Zat
Terlarut
Volume
Larutan
Molaritas
NaNO3
25
0,29
240
1,2
NaNO3
31,28
0,368
16 L
0,023
KBr
91
0,76
450 ml
1,7
KBr
49,98
0,42
0,233
1,8


DAFTAR PUSTAKA

Keenan. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Grammedia. Jakarta. KA.
Laksono, Endang W. 2004. Kapita Selekta Kimia I MPA 318 Universitas                            Negeri Yogyakarta, (Online), (http://staff.uny.ac.id/endang/widja-                                   yanti/laksono/files/2004/09/Kimia-Bagian-2.pdf, diakses pada                            pada tanggal 23 Maret 2015).
            Oxstoby. 2001. Kosentrasi Larutan Universitas Lampung, (Online),                                    (http://staff.uny.ac.id/oxtoby/files/2001/03/Konsentrasi-Larutan-                             UNILA.pdf,  diakses pada tanggal 23 Maret 2015).