Senin, 19 Oktober 2015

BIOLOGI LAUT



              TUGAS PRIBADI

NAMA                       :        DIANTY SIALLAGAN
NPM                           :        E1I014026
PRODI                       :        ILMU KELAUTAN
FAKULTAS               :        PERTANIAN
MATA KULIAH       :        BIOLOGI LAUT
DOSEN                      :        DEWI PURNAMA, S.Pi, M.Si.


1)      Darimana Mangrove berasal? Bagaimana distribusi terjadi ke tempat lain di dunia?
JAWAB :
Mangrove berasal dari :
Para peneliti berteori bahwa spesies Mangrove berasal dari kawasan Indo- Malaysia. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kawasan Nusantara merupakan pusat biodiversitas Mangrove dunia. Spesies Mangrove dapat terdispersal ke seluruh dunia karena propagul dan bijinya memiliki kekhasan dapat mengapung dan terbawa arus laut ke area yang luas dan jauh dari asalnya. Dari kawasan Indo-Malaysia, spesies Mangrove tersebar ke arah barat hingga India dan Afrika Timur, serta ke arah timur hingga Amerika dan Afrika Barat. Penyebaran Mangrove dari pantai barat Amerika ke laut Karibia melewati selat yang kini menjadi negara Panama. Pada zaman Cretaceous atas dan Miocene bawah, antara 66 s.d. 23 juta tahun yang lalu, tanah genting tersebut masih berupa laut terbuka. Selanjutnya, propagul Mangrove terbawa arus laut hingga pantai barat Afrika. Penyebaran ke arah timur diikuti penyebaran ke arah utara hingga Jepang dan ke arah selatan hingga Selandia Baru. Hal ini menjelaskan mengapa Mangrove di Afrika Barat dan Amerika dikolonisasi oleh spesies yang sama dan keragamannya lebih rendah, karena harus melewati samudera Pasifik yang luas, sedangkan Mangrove di Asia, India dan Afrika Timur memiliki lebih banyak spesies, mengingat jaraknya yang lebih dekat dengan Kepulauan Nusantara (Indo-Malaysia).
Distribusi Mangrove :
Mangrove biasa ditemukan di sepanjang pantai daerah tropis dan subtropis, pada garis lintang di antara 25oLU dan 25oLS di seluruh dunia, meliputi pantai tropis Asia, Afrika, Australia dan Amerika. Sebagai perkecualian, mangrove ditemukan di selatan hingga Selandia Baru (38oLS) dan di utara hingga Jepang (32oLU). Faktor lingkungan setempat seperti aliran laut yang hangat, embun beku (frost), salinitas, gelombang laut dan lain-lain mempengaruhi keberadaan Mangrove dalam batas-batas garis lintang di atas. Kebanyakan negara tropis, pada masa lalu memiliki hutan Mangrove.

2)      Apa itu Vivipary? Apakah menguntungkan?
JAWAB :
Propagul adalah buah Mangrove yang telah mengalami perkecambahan. Dalam “Dunia Mangrove”, ada dua tipe buah Mangrove, yaitu Vivipari dan Kriptovivipari. Vivipari adalah biji yang telah berkecambah ketika masih melekat pada pohon induknya dan kecambah telah keluar dari buah. Sedangkan Kriptovivipari adalah adalah biji yang telah berkecambah, ketika masih melekat pada pohon induknya, tetapi masih tertutup oleh kulit biji.
Jadi, Vivipari adalah biji telah berkecambah ketika masih melekat pada pohon induk dan tidak tertutup/keluar dari kulit biji. Contohnya pada jenis buah Rhizophora sp. dan Bruguiera sp.




3)      Apakah adaptasi yang dilakukan Mangrove untuk mengatasi transpirasi berlebihan?
JAWAB :
Ekosistem Mangrove hidup pada daerah yang fluktuatif, pasang surut yang menggenangi Mangrove setiap hari dengan membawa lumpur serta sedimen. Sedimen yang terbentuk dengan adanya pengaruh pasang surut menyebapkan tanah tersusun secara alami dengan tingkat kepadatan yang rendah. Kondisi tanah yang fluktuatif serta kandungan oksigen yang rendah ini menyebapkan adaptasi yang khusus serta unik untuk di pelajari. Adaptasi terhadap lingkungan yang unik dan khas ini terdiri dari tiga adaptasi terhadap proses fisika dan kimia yang ekstrim, yaitu :
1.       Adaptasi Terhadap Salinitas
Adaptasi lingkungan yang bersalinitas ini merupakan cari khas dari lingkungan Mangrove. Kadar garam yang tinggi mengharuskan Mangrove untuk melakukan adaptasi secara fisiologis. Dalam adaptasi Mangrove terhadap salinitas ini terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok pertama yaitu Mangrove yang melakukan adaptasinya dengan membentuk lapisan penyaring garam yang terdapat pada jaringan akar, seperti jenis Rhizophora. Sedangkan yang kedua dengan melakukan penyimpanan kadar garam pada daun Mangrove, seperti yang dilakukan oleh jenis Lumnitzera serta jenis Sonneratia. Dan yang terakhir yaitu dengan mengeluarkan kadar garam secara langsung melalui daun maupun melalui kulit batang yang dikelupaskan.
2.       Adaptasi Terhadap Terhadap Kadar Oksigen Yang Rendah
Untuk mengatasi kadar oksigen yang rendah ini Mangrove melakukan adaptasi fisiologis dengan membentuk benjolan-benjolan kecil pada akar (Pneumatophore). Akar nafas ini berfungsi untuk mengambil udara di atas permukaan air. Akar nafas ini dimiliki oleh Mangrove jenis Rhizophora, Avicennia, Sonneratia serta Xylocarpus.
3.       Adaptasi Terhadap Tanah Yang Labil
Tanah yang labil yang terdapat pada ekosistem Mangrove ini terjadi karena kondisi pasang surut yang terjadi setiap hari, tersusun secara terus menerus menumpuk membentuk sedimen yang memiliki kepadatan tanah yang rendah. Adaptasi ini dilakukan dengan membentuk model perakaran yang khas dan unik, seperti akar tunggang, akar pensil, akar lutut serta akar papan. Dari semua akar yang dimiliki dari jenis-jenis Mangrove tersebut memiliki peruntukan yang berbeda, tergantung dengan lingkungan yang di tempati oleh Mangrove tersebut.
Adaptasi Mangrove terhadap kadar garam tinggi. Beberapa jenis tumbuhan Mangrove seperti Bakau (Rhizophora sp.); Api-Api (Avicennia sp.); dan Pidada (Sonneratia sp.) mengembangkan sistem perakaran yang hampir tak tertembus air garam. Sekitar 90-97% kandungan garam di air laut hampir tak mampu menembus saringan akar ini. Garam yang sempat terkandung di tubuh tumbuhan, diakumulasikan di daun tua dan akan terbuang bersama gugurnya daun.
Dengan demikian, adapatasi yang dilakukan Mangrove untuk mengatasi transpirasi adalah tidak berlebihan, karena untuk mempertahankan kehidupan kehidupan Mangrove itu sendiri.

4)      Sistem perakaran Mangrove ‘unik’. Deskripsikan jenis dan fungsi akar Mangrove!
JAWAB :
Mangrove memiliki beberapa macam jenis perakaran. Satu pohon Mangrove dapat mempunyai satu sistem perakaran ataupun lebih. Perbedaan perakaran pada Mangrove merupakan salah satu bentuk adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya. Setiap jenis perakaranpun memiliki fungsinya masing-masing. Macam-macam perakaran Mangrove adalah sebagai berikut :




a)      Akar Tunjang
            https://marinescienceunpad.files.wordpress.com/2012/08/root1.jpg?w=620
            Cane Root (Akar Tunjang)
Akar tunjang ini berbentuk seperti ceker ayam. Biasanya perakaran ini dimiliki oleh Mangrove yang hidup ditepi pantai dengan substrat pasir atau di rawa-rawa pinggir sungai. Fungsinya untuk menahan pohon agar tetap tegak berdiri bila dihempas angin dan bertahan dari deburan ombak. Contoh : Rhizopora sp.

b)     Akar Papan
https://marinescienceunpad.files.wordpress.com/2012/08/root2.jpg?w=620
Plank Root (Akar Papan)
Akar papan berbentuk seperti papan, akarnya sangat keras dan pipih. Biasanya jenis perakaran ini dimiliki oleh pohon Mangrove yang hidup di daerah yang berada lebih dekat ke darat (bukan tipe pohon Mangrove yang hidup di tepi pantai). Contoh : Xylocarpus sp.





c)      Akar Napas
https://marinescienceunpad.files.wordpress.com/2012/08/root3.jpg?w=620
Chicken Claw Root (Akar Napas/Kaki Ayam)
Akar napas merupakan akar yang manucul di dekat pohon Mangrove, bentuknya seperti pensil. Pohon dengan jenis perakaran ini biasanya hidup ditepi pantai dengan subsrat lumpur atau pasir berlumpur. Fungsinya untuk mengambil udara, karena di dalam tanah yang berlumpur kandungan oksigen lebih sedikit. Contoh : Avicennia sp.

d)     Akar Lutut
https://marinescienceunpad.files.wordpress.com/2012/08/root4.jpg?w=620
Knee Root (Akar Lutut)
Akar lutut berbentuk menjalar dan berlutut-lutut. Perakaran jenis ini biasanya memakan tempat lebih banyak daripada perakaran jenis lain karena akarnya bisa sangat panjang. Contoh : Bruguiera sp.


5)      Bagaimana Mangrove beradaptasi terhadap garam?
JAWAB :
Mangrove beradaptasi terhadap garam dengan cara :
1. Sekresi Garam (Salt Extrusion/Salt Secretion)
Flora Mangrove menyerap air dengan salinitas tinggi kemudian mengekskresikan garam dengan kelenjar garam yang terdapat pada daun. Mekanisme ini dilakukan oleh Avicennia, Sonneratia, Aegiceras, Aegialitis, Acanthus, Laguncularia, dan Rhizophora (melalui unsur-unsur gabus pada daun).

2. Mencegah masuknya garam (Salt Exclusion)
Flora Mangrove menyerap air tetapi mencegah masuknya garam, melalui saringan (ultrafilter) yang terdapat pada akar. Mekanisme ini dilakukan oleh Rhizophora, Ceriops, Sonneratia, Avicennia, Osbornia, Bruguiera, Excoecaria, Aegiceras, Aegalitis, dan Acrostichum.

3. Akumulasi garam (salt accumulation)
Flora Mangrove sering kali menyimpan Na dan Cl pada bagian kulit kayu, akar dan daun yang lebih tua. Daun penyimpan garam umumnya sukulen dan pengguguran daun sukulen ini diperkirakan merupakan mekanisme mengeluarkan kelebihan garam yang dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah. Mekanisme adaptasi akumulasi garam ini terdapat pada Excoecaria, Lumnitzera, Avicennia, Osbornia, Rhizophora, Sonneratia dan Xylocarpus.

6)      Apakah yang dimaksud halophytes vakultatif?
JAWAB :

7)      Apakah yang dimaksud Lenticels?
JAWAB :
Lenticels adalah lubang-lubang kecil yang terdapat di batang atau bentuk pori-pori yang menonjol yang terbentuk pada cabang-cabang berkayu.
Pada batang yang sudah dewasa, stomata menghilang dan digantikan dengan Lenticels. Lenticels merupakan pori penghubung ruang antarsel dalam batang dengan udara lingkungan. Fungsi : pertukaran gas, tersusun atas sel-sel yang renggang, mengandung banyak ruang antar sel, banyak ditemukan pada batang dan akar serta pola lentisel pada batang dapat digunakan untuk identifikasi pohon.

8)      Deskripsikan fungsi ekologis dari Mangrove!
JAWAB :
Fungsi ekologis dari Mangrove :
        pelindung garis pantai dari abrasi
        mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan
        mencegah intrusi air laut ke daratan
        tempat berpijah aneka biota laut
        tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia, reptil, dan serangga
        sebagai pengatur iklim mikro

9)      Apakah konsekuensi dari penebangan Hutan Bakau?
JAWAB :
Banyak bencana dan kerugian yang terjadi akibat rusak/hilangnya Hutan Bakau, seperti: abrasi pantai, intrusi air laut, banjir, hancurnya pemukiman penduduk diterpa badai laut, hilangnya sumber perikanan alami, hilangnya kemampuan dalam meredam emisi gas rumah kaca.

EROSI PANTAI
Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius degradasi garis pantai. Selain proses-proses alami, seperti angin, arus, hujan dan gelombang, aktivitas manusia juga menjadi penyebab penting erosi pantai. Kebanyakan erosi pantai akibat aktivitas manusia adalah pembukaan hutan pesisir untuk kepentingan pemukiman dan pembangunan infrastruktur, sehingga sangat mengurangi fungsi perlindungan pantai.

SEDIMENTASI DAN PENCEMARAN
Kegiatan pembukaan lahan atas dan pesisir untuk pertanian, pertambangan dan pengembangan kota merupakan sumber beban sedimen dan pencemaran perairan pesisir dan laut. Adanya penebangan hutan dan penambangan di daerah aliran sungai (DAS) telah menimbulkan sedimentasi serius di beberapa daerah muara dan perairan pesisir. Pembukaan lahan atas sebagai bagian dari kegiatan pertanian telah meningkatkan limbah pertanian baik padat maupun cair yang masuk ke perairan pesisir dan laut melalui aliran sungai. Selain limbah pertanian, sampah-sampah rumah tangga dan kota merupakan sumber pencemar perairan pesisir dan laut yang sulit dikontrol.

Kerugian secara ekonomi yaitu menimbulkan biaya meninggikan pondasi rumah, jalan, infrastruktur, dan yang lain. Disamping itu,  ada hal-hal lain yang menjadi konsekuensi dari penebangan Hutan Bakau, yaitu sebagai berikut :
1.       Tambak yang sebelumnya menjadi areal budidaya Udang dan Bandeng tidak dapat berproduksi lagi
2.       Rusaknya infrasturktur yang telah dibangun
3.       Terpaan angin yang kencang
Mangrove secara alami adalah pematah angin sehingga angin tidak terlalu kencang. Dengan rusaknya Mangrove, angin sering merusak genting rumah.
4.       Biaya pengelolaan kota akan bertambah. Akibat penebangan Hutan Bakau berdampak lanjutan pada pengelolaan kota menjadi lebih mahal
5.       Kegiatan sehari-hari masyarakat terhenti
Akibat penebangan Hutan Bakau berdampak lanjutan pada terhentinya aktivitas masyarakat seperti: memasak, mencuci, bekerja, makan, minum sekolah, dan lain-lain.
6.       Terputusnya sarana penerangan, transportasi dan komunikasi.
Akibat penebangan Hutan Bakau berdampak lanjutan pada terputusnya sarana penerangan transportasi dan komunikasi yang akan berdampak sistemik pada masyarakat.
7.       Abrasi
Mangrove secara alami merupakan pematah ombak. Dengan rusaknya Mangrove, menyebabkan tambak abrasi. Sehingga timbul biaya pembuatan breakwater sebagai pemecah ombak yang membutuhkan biaya yang cukup besar.
8.       Relokasi
Kegiatan relokasi merupakan salah satu solusi namun membutuhkan biaya yang sangat besar.
9.       Hilangnya mata pencaharian masyarakat sebagai petani tambak akibat penebangan Hutan Bakau. Tambak yang sebelumnya menjadi areal budidaya Udang dan Bandeng tidak dapat berproduksi lagi. Permasalahan ini adalah sangat serius karena menyangkut ekonomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar